![]() |
| 1. Pelubangan bodi untuk spout bisa menggunakan mata bor |
![]() | |||||||||||
| 2. Sebelum masing-masing direkatkan, bodi dan spout-nya dikasari dulu dengan sikat gigi basah |
![]() |
| 3. Sebelum direkatkan, profil bagian belakang spout diiris miring sehingga mengikuti kontur dari bodi teko |
![]() |
| 4. Setelah spout rekat pada bodi, batas sambungan keduanya ditambal dengan tanah liat lembek |
![]() | ||||||
| 5. Teknik 'urut' pembuatan handle |
![]() |
| 6. Sebelum handle-nya dibentuk, diamkan beberapa lama sampai menjadi tidak terlalu basah |
![]() | ||||||||||
| 7. Handle yang sudah dibentuk |
![]() |
| 8. Teko yang sudah lengkap |
Dalam membangun sebuah teko, 'moment' adalah hal yang penting. Bila salah satu komponen teko tidak memiliki kondisi kelembapan yang sama, maka resikonya adalah tidak menyatunya dengan kuat diantaranya, sehingga timbul keretakan atau malah lepas dari batas sambungannya. Bagi sebagian keramikus, membuat teko adalah hal yang paling 'merepotkan' terutama dalam hal teknis pembuatan. Karena harus membuat beberapa komponen teko, seperti bodi, spout, handle, dan tutupnya. Belum lagi masalah 'moment' tadi.
Bagi saya, bentuk teko adalah bentuk yang paling lengkap segala kerumitan, kesulitan, dan estetika keramik secara umum, khususnya jika dibentuk menggunakan alat pelarik / putar. Seorang belum bisa dikatakan sebagai ahli putar, jika ia belum bisa membuat sebuah teko. Selain masalah teknis di atas dalam konteks benda fungsional, teko harus kelihatan unity (ada keserasian antara masing-masing komponen teko). Misalnya kalau bentuk bodinya bulat, bentuk yang lainnya pun demikian (paling tidak mendekati) atau keseimbangan posisi spout dan handle pada bodi dalam menciptakan bentuk teko yang elegan. Selain itu aspek ergonomis pun menjadi pertimbangan yang lain.








No comments:
Post a Comment