Gambar yang dilampirkan ini merupakan jenis glasir abu bersuhu 1230C. Dikatakan glasir abu karena formulanya mengandung 40% abu kayu, sisanya bahan-bahan refractory seperti kuarsa, kapur, kaolin. Pewarna yang digunakan diantaranya kobalt oksida, kuper oksida dan titan oksida (semuanya menggunakan formula/glasir dasar yang sama.
Secara umum glasir abu memiliki karakter runny dan warnanya seperti berpisah-pisah (seperti campuran air dan minyak). Abu yang digunakan adalah hasil pembakaran batang dan ranting pohon lengkeng. Setiap pohon memiliki kandungan oksida yang hampir mirip, yang membedakan hanya jumlahnya saja. Kandungan kimia bahan suatu pohon tergantung dimana pohon itu hidup. Jika tanah tersebut banyak mengandung zink demikian juga pohonnya, jika tanah unsur kupernya tinggi demikian juga dengan pohonnya, dan seterusnya.
Bagian pohon terbaik untuk dijadikan abu adalah badan dan batang pohonnya, selanjutnya ranting dan daun. Lamanya abu disimpan akan mempengaruhi hasil warnanya (disimpan dalam toples atau wadah tertutup), makin lama disimpan akan menghasilkan kualitas glasir yang sangat baik.
Sebenarnya ada 2 teknik aplikasi glasir abu, pertama seperti disebutkan di atas yaitu dengan membakar material organik sampai menjadi abu kemudian diaplikasikan ke bodi keramik dengan cara dilarutkan dalam air atau dengan cara menaburi abu di atasnya. Kedua, dengan cara melilitkan bodi bone dry dengan menggunakan jerami kering (usahakan tetap diam jangan lepas dan menempel pada permukaan bodinya). Untuk menghasilkan permukaan gelas tipis harus dibakar/dipanaskan di atas suhu 1200C, makin tinggi makin baik. Teknik ini umum digunakan oleh keramikus bangsa Jepang, seperti sentra keramik Bizen.